Sebuah kabar tragis mengguncang perumahan di kawasan Ciketing Udik, Bantargebang, Bekasi. Seorang ayah dilaporkan tega mengakhiri nyawa istri dan dua anak balitanya sendiri. Peristiwa mengerikan ini sontak menimbulkan duka mendalam dan pertanyaan besar di tengah masyarakat. Bagaimana mungkin, orang yang seharusnya menjadi pelindung keluarga justru menjadi pelaku pembunuhan yang keji?
Insiden tragis ini diduga terjadi pada Minggu dini hari, 20 April 2025, sekitar pukul 03.00 WIB di kediaman keluarga tersebut yang berlokasi di sebuah kontrakan di RT [sebutkan perkiraan RT] RW [sebutkan perkiraan RW]. Berdasarkan laporan awal pihak kepolisian dari Polres Metro Bekasi Kota, empat orang menjadi korban, termasuk istri pelaku berinisial SN (usia perkiraan 30-an) dan dua anak pelaku yang masih kecil (usia perkiraan 3 dan 5 tahun). Motif di balik tindakan mengerikan ini masih dalam penyelidikan mendalam oleh pihak berwajib, namun dugaan sementara mengarah pada masalah ekonomi dan tekanan rumah tangga yang dialami pelaku berinisial AS (usia perkiraan 30-an).
Peristiwa ayah tega membunuh keluarga sendiri ini jelas merupakan tragedi yang sangat memilukan dan sulit untuk dipahami. Ikatan keluarga yang seharusnya menjadi sumber kasih sayang dan perlindungan justru berubah menjadi mimpi buruk yang mengerikan. Berita ini tentu menimbulkan trauma dan ketidakpercayaan di tengah masyarakat, terutama bagi mereka yang memiliki keluarga dan anak-anak.
Pihak kepolisian dari Polres Metro Bekasi Kota diharapkan dapat segera mengungkap motif di balik tindakan keji ini dan memberikan keadilan bagi para korban. Proses penyelidikan yang menyeluruh dan transparan sangat penting untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di benak publik. Selain itu, dukungan psikologis bagi keluarga besar korban dan masyarakat sekitar, termasuk tetangga dan teman-teman korban, juga sangat dibutuhkan untuk mengatasi trauma akibat kejadian ini.
Tragedi ayah membunuh keluarga sendiri ini juga menjadi pengingat akan pentingnya kesehatan mental dan dukungan sosial dalam keluarga dan masyarakat. Tekanan hidup, masalah ekonomi yang berkepanjangan, gangguan kejiwaan yang tidak terdeteksi, atau penyalahgunaan zat terlarang diduga menjadi faktor pemicu tindakan kekerasan yang ekstrem.