Mengenal Adat Belo Ahik: Ritual Sakral Pembangunan Rumah Adat Suku Ende Lio yang Kaya Makna dan Filosofis

Di tengah kekayaan budaya Nusa Tenggara Timur, khususnya di Kabupaten Ende, Flores, tersembunyi sebuah tradisi luhur yang sarat akan makna spiritual dan nilai-nilai sosial. Tradisi ini dikenal dengan nama Belo Ahik, sebuah adat atau upacara sakral yang secara khusus dilakukan dalam proses pembangunan rumah adat tradisional Sao Ria milik masyarakat Suku Ende Lio.

Belo Ahik bukan sekadar seremonial biasa, melainkan sebuah rangkaian tindakan yang bertujuan untuk memohon restu dari Nitu (roh leluhur) dan Gheta (penguasa alam), menjaga keharmonisan dengan lingkungan, serta mempererat tali persaudaraan (persaudaraan Mosalaki) antar anggota masyarakat yang terlibat dalam proses pembangunan. Upacara ini menjadi wujud kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun dan mencerminkan pandangan hidup masyarakat terhadap Sao Ria sebagai pusat kehidupan sosial, budaya, dan spiritual.

Tahapan Sakral dan Simbolisme Mendalam dalam Belo Ahik

Prosesi Belo Ahik biasanya terdiri dari beberapa tahapan sakral yang memiliki simbolisme mendalam. Dimulai dari Ute Kanga (pemilihan lokasi) yang dilakukan dengan mempertimbangkan aspek geografis dan spiritual sesuai petunjuk adat. Kemudian dilanjutkan dengan Mbeli Wae (penebangan kayu) di hutan yang dianggap sakral, dilakukan dengan tata cara khusus, persembahan sederhana, dan penuh penghormatan terhadap Ina Poza Ama Geta (Ibu Bumi Bapak Langit) serta roh-roh penjaga hutan. Kayu yang dipilih, seperti kayu Uwu atau Bela, bukan sembarang kayu, melainkan kayu yang dianggap memiliki kekuatan, ketahanan, dan keberkahan.

Setelah material terkumpul, proses pembangunan Sao Ria juga tidak luput dari ritual. Peletakan Tubu Musu (tiang utama) menjadi momen penting yang diiringi dengan upacara kecil, penyembelihan hewan kurban seperti ayam atau babi, serta persembahan sega (nasi), moke (tuak), dan daging. Setiap bagian Sao Ria, mulai dari fondasi (Lobo), tiang-tiang penyangga (Tubu), hingga atap (Uma), memiliki makna dan filosofi tersendiri yang diungkapkan melalui simbol-simbol dalam ritual Belo Ahik. Misalnya, jumlah tiang dan ornamen ukiran memiliki arti khusus terkait dengan struktur sosial dan kepercayaan masyarakat Lio.

Nilai-Nilai Luhur yang Terkandung dalam Belo Ahik: Gotong Royong dan Harmoni

Adat Belo Ahik mengandung nilai-nilai luhur yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat Suku Ende Lio. Gawi (gotong royong) menjadi ruh utama dalam proses pembangunan Sao Ria,